Biaya Aktor K-Drama Melonjak, Publik Geram
Kenaikan Fantastis Bayaran Aktor K-Drama Memicu Kontroversi Panas
Sebuah unggahan viral di platform komunitas Pann baru-baru ini telah memicu gelombang kemarahan publik. Unggahan tersebut menampilkan kenaikan dramatis biaya penampilan aktor di industri K-Drama, menimbulkan pertanyaan serius mengenai keberlanjutan dan keadilan praktik industri hiburan saat ini.
Rumor mengenai bayaran aktor Kim Soo Hyun untuk serial “Queen of Tears” sempat menjadi perbincangan hangat di tahun 2024.

Peningkatan Bayaran yang Mencengangkan
Unggahan viral di Pann membandingkan biaya penampilan aktor dari tahun 2015 hingga 2024, dan angkanya sangat mengejutkan. Pada tahun 2015, seorang aktor terkenal dilaporkan menghasilkan ₩40.0 juta KRW (sekitar $29,400 USD) per episode. Namun, pada tahun 2024, aktor papan atas lainnya dikabarkan menerima ₩400 juta KRW (sekitar $294,000 USD) per episode — sebuah peningkatan sepuluh kali lipat dalam waktu kurang dari satu dekade.
Pada tahun 2015, aktor [G Tae H] mendapatkan 40 juta won per episode untuk sebuah K-Drama.
Pada tahun 2024, aktor [G Soo H] dilaporkan mendapatkan 400 juta won per episode.— Unggahan Viral Pann

Dampak Platform OTT pada Struktur Bayaran
Saat ini, peran utama dalam drama standar biasanya menghasilkan antara 100 hingga 200 juta won per episode. Namun, dengan maraknya platform Over-The-Top (OTT), tarif tersebut diduga semakin meningkat.
Untuk produksi OTT, aktor utama kini dibayar 400 hingga 500 juta won per episode. Bahkan, beberapa produser menyatakan bahwa ada bintang yang menuntut bayaran hingga 1 miliar won per episode.
Apakah ada pekerjaan lain di mana gaji melonjak seperti ini dalam waktu sesingkat itu?
Dan kesenjangan gaji antara aktor pria dan wanita dilaporkan sangat besar.— Unggahan Viral Pann
Reaksi Keras Netizen: Sistem yang "Abnormal"
Dugaan inflasi ini telah menyebabkan banyak pihak menyebut sistem yang berlaku saat ini sebagai "abnormal", terutama jika dibandingkan dengan upah yang stagnan di bidang lain. Banyak netizen menyuarakan kekecewaan mereka secara daring, tidak hanya mengkritik para bintang itu sendiri, tetapi juga industri dan konsumen yang memungkinkan tren ini berlanjut.

“Lee Hyori dilaporkan mendapatkan 4,2 miliar won hanya lima bulan setelah syuting iklan. Itu gila. Seluruh sistem ini sangat menyimpang.”
“Itu benar, biaya penampilan selebriti itu sungguh tidak masuk akal. Mereka mendapatkan uang terlalu mudah. Setidaknya di acara variety show zaman dulu, para bintang akan kelaparan selama seminggu dengan 10.000 won, melakukan kerja manual sehari di ‘Life Experience’, berguling-guling di lumpur melakukan sketsa komedi fisik di ‘Infinite Challenge’ — itu terlihat sulit, dan Anda bisa sedikit mengerti mengapa mereka dibayar. Tapi sekarang? Yang mereka lakukan hanyalah duduk di studio dengan pakaian cantik, menonton video, dan mengucapkan beberapa hal. Namun mereka mendapatkan puluhan juta per episode? Dan acara travel show dulu benar-benar membawa selebriti bepergian, sekarang hanya influencer dan YouTuber yang bepergian sementara selebriti menonton dari studio. Itu terlalu mudah bagi mereka sekarang.”
“Hentikan saja konsumsi. Jangan tonton acara atau film mereka, jangan dengarkan lagu idola, dan berhenti membeli ratusan produk tidak berguna hanya untuk photocard. Jika konsumen berhenti, perusahaan akan berhenti mempekerjakan mereka sebagai model.”
“Lihat saja industri K-Drama. Karena biaya aktor yang tidak masuk akal ini, staf bahkan tidak mendapatkan upah minimum. Ini perlu diatur secara hukum seperti di Jepang agar mereka tidak bisa meminta jumlah yang konyol.”
“Kalian semua bertindak seolah-olah kesal, tetapi kalianlah yang mengonsumsi. Kalianlah yang berkata, ‘Wah, Wonyoung pakai itu? Aku juga mau beli!’ lalu memujinya… dan sekarang kalian mengeluh itu mahal? Tolonglah.”— Komentar Netizen di Pann
Masa Depan Industri Hiburan Korea
Kontroversi ini menyoroti perlunya diskusi yang lebih mendalam tentang keberlanjutan model bisnis industri hiburan Korea. Kesenjangan upah yang melebar antara bintang dan staf produksi, ditambah dengan tuntutan bayaran yang semakin tinggi, mengancam fondasi industri yang dibangun di atas kerja keras banyak pihak. Konsumen memiliki peran penting dalam membentuk masa depan industri ini melalui keputusan konsumsi mereka.