CORTIS Terjerat Tuduhan Plagiarisme
Grup pendatang baru CORTIS dan agensinya, HYBE, kini menjadi sorotan setelah terseret dalam tuduhan plagiarisme yang viral tak lama setelah debut mereka. Isu ini dengan cepat menyebar dan menjadi topik hangat di kalangan penggemar K-Pop.
Gelombang tuduhan ini bermula dari sebuah unggahan di media sosial yang menarik banyak perhatian. Unggahan tersebut secara spesifik membandingkan tiga lagu yang telah dirilis oleh CORTIS, baik dari segi melodi maupun produksi, dengan lagu-lagu musisi lain yang sudah ada sebelumnya.

Inti Tuduhan Plagiarisme yang Viral
Perbandingan inti yang memicu kontroversi ini melibatkan:
-
CORTIS – “FaSHioN”: Diduga memiliki kemiripan dengan lagu A$AP Rocky – “Praise the Lord”.
-
CORTIS – “GO!”: Dibandingkan dengan lagu Travis Scott – “FE!N”.
-
CORTIS “JoyRide”: Disinyalir mirip dengan lagu Post Malone – “Circles”.
Setelah postingan tersebut menjadi viral di Instagram, perdebatan sengit tentang kemiripan lagu-lagu ini dengan cepat meluas dan menjadi topik utama di forum komunitas online populer seperti theqoo, memicu reaksi beragam dari publik.
Reaksi Penggemar dan Implikasi Reputasi Agensi
Tuduhan ini memicu reaksi yang terpecah belah di kalangan penggemar. Banyak yang mengkritik CORTIS dan HYBE, menegaskan bahwa ini adalah kasus peniruan yang jelas, dan menyoroti "sejarah" agensi tersebut yang kerap menghadapi isu plagiarisme di masa lalu. Pandangan ini sering kali disertai dengan kritik pedas terhadap integritas agensi.


Sebaliknya, beberapa pihak membela para idola, berargumen bahwa adalah hal yang umum bagi musik K-Pop untuk mengambil inspirasi dari genre musik global. Namun, mereka juga mengakui bahwa strategi promosi HYBE yang menonjolkan CORTIS sebagai grup "self-produced" dan keterlibatan para anggotanya dalam produksi, berpotensi meningkatkan risiko saat isu plagiarisme muncul.
“Perusahaan itu di mana semuanya bohong, dan CEO yang karakternya sampah. Pemasaran self-producing terlihat berisiko karena jika masalah plagiarisme muncul, anggota harus bertanggung jawab.”
“Itu hanya sifat genre lol. Lagu-lagu seperti itu ada di mana-mana di hip-hop underground, dan idola K-pop sudah menggunakannya sebagai referensi LOL.”
Komentar-komentar ini mencerminkan betapa kompleksnya perdebatan ini, di mana ada yang mengaitkan isu ini dengan reputasi agensi, sementara yang lain melihatnya sebagai bagian dari tren dan pengaruh genre musik tertentu.
Perdebatan dan Tantangan di Masa Depan
Isu plagiarisme ini menghadirkan tantangan signifikan bagi CORTIS dan HYBE, terutama mengingat fokus pada citra "produser jenius berusia 17 tahun" dalam promosi mereka. Jika klaim plagiarisme terus berlanjut, hal ini dapat mengikis kredibilitas dan keunikan yang ingin dibangun oleh grup tersebut.
Perdebatan di kalangan penggemar Korea dan internasional kemungkinan akan terus berlanjut, seiring dengan pengawasan publik terhadap langkah-langkah selanjutnya yang akan diambil oleh HYBE untuk menanggapi tuduhan ini.
Kesimpulan
Tuduhan plagiarisme terhadap CORTIS menyoroti kerentanan di industri musik K-Pop, terutama bagi grup yang dipasarkan dengan label "self-produced". Kontroversi ini tidak hanya berdampak pada citra grup baru tersebut, tetapi juga kembali mengangkat pertanyaan tentang standar orisinalitas dan etika di kalangan agensi hiburan besar. Bagaimana HYBE mengatasi situasi ini akan menjadi penentu penting bagi masa depan CORTIS dan reputasi agensi itu sendiri.