Dituduh Jiplak Lagu Kim Kwang Seok, Super Climbing Club Buka Suara
SeoulSource – Band indie asal Jepang, Super Climbing Club, kini tengah menjadi sorotan publik Korea Selatan setelah dituduh melakukan plagiat terhadap lagu legendaris mendiang Kim Kwang Seok, "The Place Where the Wind Blows". Tuduhan serius ini muncul tak lama setelah mereka merilis karya terbaru mereka.
Kontroversi Plagiarisme: Tuduhan Terhadap Super Climbing Club
Pada Rabu (10/09), Super Climbing Club, band indie yang beranggotakan lima personel, meluncurkan lagu baru berjudul "Sanpo". Hanya berselang beberapa waktu, sejumlah netizen Korea dengan cepat menyoroti adanya kemiripan mencolok antara "Sanpo" dengan lagu "The Place Where the Wind Blows" milik Kim Kwang Seok yang dirilis pada tahun 1994, bahkan sejak bagian intro.

Klarifikasi dan Pembelaan dari Band Jepang
Menanggapi kritikan yang masif, Super Climbing Club akhirnya memberikan klarifikasi pada Kamis (18/09) melalui kolom komentar di akun YouTube resmi mereka. Band tersebut mengaku bahwa mereka baru pertama kali mendengarkan lagu Kim Kwang Seok setelah membaca komentar dari warganet.
"Setelah membaca komentar kalian, untuk pertama kalinya kami mendengarkan lagu Kim Kwang Seok The Place Where the Wind Blows, dan kami pun merasa terkejut karena ada bagian melodi yang memang terdengar mirip."
Super Climbing Club juga menegaskan bahwa mereka sama sekali tidak mengetahui lagu tersebut saat proses pembuatan "Sanpo". Mereka mengakui bahwa "The Place Where the Wind Blows" adalah lagu yang sangat terkenal di Korea, namun bersikeras ketidaktahuan mereka.
Lebih lanjut, band ini menyatakan bahwa kemiripan yang ada hanyalah kebetulan semata, dan bukan merupakan tindakan plagiat yang disengaja. "Melodi yang kami buat dengan membayangkan berjalan di pegunungan ternyata sebagian mirip, dan hasilnya justru kami merilis lagu yang terdengar serupa. Kami menerima hal ini dengan serius, namun itu bukan plagiat," tegas mereka.
Dampak dan Respon Negatif Netizen Korea
Meskipun telah memberikan klarifikasi, pernyataan dari Super Climbing Club justru menuai kemarahan yang lebih besar dari netizen Korea. Banyak yang melayangkan komentar pedas, merasa tidak puas dengan alasan yang diberikan oleh band tersebut.
Kontroversi plagiarisme, terutama yang melibatkan karya musisi legendaris seperti Kim Kwang Seok, selalu menjadi isu sensitif di industri musik. Reputasi Super Climbing Club kini terancam di tengah gelombang reaksi publik yang sangat negatif.
Mengenal Super Climbing Club: Profil Singkat
Sebagai informasi tambahan, Super Climbing Club sendiri merupakan band indie asal Nagoya, Jepang. Mereka terbentuk pada tahun 2023 dengan konsep unik yang memadukan elemen musik dan aktivitas pendakian gunung dalam identitas artistik mereka.
Langkah Selanjutnya: Menanti Perkembangan Konflik Musik
Pertanyaan besar kini adalah bagaimana kelanjutan dari kontroversi ini. Apakah pihak keluarga atau manajemen Kim Kwang Seok akan mengambil tindakan lebih lanjut? Bagaimana Super Climbing Club akan menghadapi gelombang kemarahan netizen yang belum mereda? Akankah ada langkah konkret seperti penarikan lagu atau revisi, ataukah mereka akan tetap pada pembelaan mereka?
Kesimpulan: Pentingnya Orisinalitas dalam Karya Seni
Kasus Super Climbing Club dan Kim Kwang Seok ini kembali mengingatkan kita akan krusialnya orisinalitas dan integritas dalam berkarya di dunia musik. Tuduhan plagiarisme, baik disengaja maupun tidak, dapat berdampak besar pada karier dan reputasi seorang seniman, sekaligus memicu perdebatan sengit di antara para penggemar dan kritikus. Perjalanan band indie ini ke depan akan sangat bergantung pada bagaimana mereka mengelola krisis ini dan persepsi publik terhadap karya mereka.