Hearts2Hearts Dituduh Meniru Budaya Jepang, Netizen Korea Bingung
Grup idola rookie SM Entertainment, Hearts2Hearts, baru-baru ini mencuri perhatian publik setelah merilis serangkaian gambar teaser pertama untuk lagu baru mereka yang berjudul "STYLE". Teaser tersebut dengan cepat menjadi perbincangan hangat di dunia maya karena menampilkan konsep visual yang terinspirasi dari "purikura" (bilik foto stiker), sebuah tren populer yang dikenal luas di Jepang.



Reaksi Beragam dan Pertanyaan Budaya
Penggunaan konsep purikura dalam visual Hearts2Hearts segera memicu gelombang reaksi yang beragam, terutama di media sosial. Sejumlah netizen Jepang menyuarakan kekecewaan dan kemarahan, menuduh grup K-Pop tersebut meniru atau mengimitasi budaya mereka tanpa apresiasi yang tepat. Mereka merasa bahwa gaya visual ini merupakan bagian integral dari budaya pop Jepang dan imitasi tersebut dianggap tidak pantas.
Sebaliknya, netizen Korea menunjukkan kebingungan atas reaksi tersebut. Mereka berpendapat bahwa konsep foto 4-cut atau bilik foto serupa juga telah lama menjadi tren populer dan digemari di Korea Selatan. Oleh karena itu, kemarahan dari pihak Jepang dianggap berlebihan dan tidak berdasar. Banyak netizen Korea yang merasa bahwa tuduhan peniruan budaya ini tidak relevan, mengingat tren serupa juga eksis secara independen di negara mereka.


"Mereka ini bicara apa? Ini juga tren di Korea. Kenapa mereka melampiaskannya pada grup idola ini?"


Dampak dan Prospek ke Depan
Insiden ini kembali menyoroti kompleksitas pertukaran budaya dalam industri K-Pop yang bersifat global. Debat mengenai peniruan atau inspirasi budaya seringkali muncul seiring dengan penyebaran tren dan estetika lintas batas negara. Meskipun demikian, diharapkan Hearts2Hearts akan terus melanjutkan promosi untuk lagu "STYLE" mereka di tengah perdebatan ini, dengan fokus pada kualitas musik dan penampilan mereka.
Kesimpulan
Perdebatan seputar teaser "STYLE" dari Hearts2Hearts menjadi cerminan bagaimana interpretasi dan kepemilikan budaya dapat berbeda secara signifikan antarnegara, terutama di era digital di mana tren global menyebar dengan sangat cepat. Kejadian ini mengingatkan kita akan pentingnya pemahaman, dialog, dan penghargaan terhadap nuansa budaya dalam konteks industri hiburan global.