Irene Red Velvet Dihujat Karena Bertingkah Imut di Medsos
Anggota Red Velvet, Irene, baru-baru ini kembali menjadi sorotan publik, namun kali ini bukan karena aktivitas grupnya. Sebuah unggahan di media sosial pribadinya yang menampilkan sisi naturalnya justru memicu gelombang komentar kebencian dari sejumlah netizen.
Latar Belakang: Unggahan yang Memancing Kontroversi
Irene membagikan serangkaian foto dan video candid di media sosial, memperlihatkan kecantikan alaminya tanpa polesan. Dalam video tersebut, Irene terlihat asyik bermain dengan kacamata hitamnya, menunjukkan ekspresi menggemaskan yang sangat kontras dengan citra publiknya sebagai "pemimpin yang serius". Unggahan ini seketika menarik perhatian.


Dampak: Gelombang Kritik dan Isu Ageisme yang Muncul
Meskipun para penggemar antusias melihat sisi manis Irene, unggahan tersebut secara tak terduga menarik komentar negatif dari pihak tertentu. Sebuah postingan viral di Nate Pann secara khusus mengkritiknya karena "bertingkah imut di usia seorang tante", memicu perdebatan luas di kalangan netizen.

Reaksi Publik: Pembelaan Kuat dari Penggemar
Postingan di Nate Pann tersebut segera menarik lebih dari 88.000 tampilan dan ratusan komentar yang dengan gigih membela sang idola. Netizen menyanggah kritik tersebut dengan argumen kuat, menyoroti absurditas dan ageisme di baliknya. Beberapa komentar yang menonjol meliputi:
-
"Dia memang imut."
-
"Karena dia memang imut?"
-
"Dia terlihat sangat muda untuk usianya. Bahkan saat dia bertingkah imut, tidak terasa aneh sama sekali."
-
"Dia terlahir imut. Memangnya kenapa?"
-
"Wah… Bahkan di usianya, Irene masih bisa terlihat imut… Dia sangat menggemaskan."

"While the OP’s post completely backfired, the absurdity of its ageism also highlighted how being a K-Pop idol can never be for the weak."
(Meskipun postingan OP sepenuhnya menjadi bumerang, absurditas ageisme-nya juga menyoroti bagaimana menjadi idola K-Pop tidak akan pernah bisa untuk yang lemah.)
Langkah Selanjutnya: Tantangan Abadi Dunia Idola K-Pop
Insiden ini menunjukkan bagaimana meskipun postingan kritik tersebut berbalik menyerang pembuatnya, absurditas ageisme yang tersirat juga menyoroti satu fakta penting: menjadi idola K-Pop bukanlah profesi bagi mereka yang lemah mental. Tuntutan untuk selalu tampil sempurna dan tekanan konstan dari publik, termasuk kritik yang tidak beralasan, adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Ketahanan mental menjadi kunci utama untuk bertahan di industri yang kompetitif dan penuh sorotan ini.
Kesimpulan: Resiliensi di Tengah Sorotan Media
Kasus Irene sekali lagi menegaskan bahwa popularitas datang dengan harga yang mahal. Meskipun harus menghadapi kritik tidak adil yang berakar pada ageisme, respons positif dari basis penggemar yang solid menunjukkan bahwa dukungan tulus lebih kuat daripada kebencian. Ini menjadi pengingat akan ketahanan mental yang diperlukan oleh para idola dalam menghadapi tekanan industri hiburan Korea Selatan yang kejam dan tak henti-hentinya.