Jun Ji Hyun Diboikot di China Gara-gara “Tempest”
Aktris papan atas Korea Selatan, Jun Ji Hyun, dilaporkan menghadapi gelombang boikot yang belum pernah terjadi sebelumnya di Tiongkok. Hal ini berakar dari kontroversi seputar drama terbarunya, Tempest, yang dianggap mengandung konten ofensif.
Popularitas sang aktris yang sebelumnya begitu besar di Tiongkok, kini terancam goyah.
Media Tiongkok 163 melaporkan bahwa Jun Ji Hyun menerima kritik pedas atas perannya, dengan banyak yang menganggap K-Drama barunya itu mencakup konten yang menyinggung Tiongkok.
Akibatnya, warganet Tiongkok melancarkan boikot terhadap sang aktris, menuntut agar ia dilarang tampil dalam acara dan siaran di negara tersebut.
Latar Belakang: Mengapa Kontroversi Ini Muncul?
Kontroversi ini bermula dari beberapa adegan dan elemen dalam drama Tempest yang memicu kemarahan warganet Tiongkok. Titik utama kemarahan tersebut meliputi:
-
Dialog Menyinggung: Karakter yang diperankan Jun Ji Hyun melontarkan pertanyaan, "Mengapa Tiongkok punya preferensi untuk perang?"
-
Misrepresentasi Geografis: Kota Dalian di Tiongkok digambarkan sebagai daerah kumuh yang lusuh. Padahal, Dalian adalah kota pesisir modern yang jauh berbeda dari penggambaran dalam drama tersebut.
Faktanya, adegan-adegan itu sebenarnya diambil di Hong Kong, bukan Dalian.
-
Penggunaan Bahasa: Karakter jahat dalam drama sering menggunakan bahasa Tiongkok.
-
Kesalahan Pembacaan Puisi: Jun Ji Hyun dilaporkan salah dalam membaca puisi Li Bai di salah satu adegan.
Semua elemen ini secara kumulatif memperburuk sentimen negatif di kalangan penonton Tiongkok.

Dampak Meluas: Tekanan pada Merek Mewah dan Rating Drama
Popularitas Jun Ji Hyun yang goyah di Tiongkok juga memberikan tekanan besar pada merek-merek mewah global yang menjadikannya sebagai duta, seperti La Mer, Louis Vuitton, dan Piaget.
Sejumlah besar warganet mendesak perusahaan-perusahaan ini untuk memutuskan hubungan dengan sang aktris, mengancam akan memboikot merek-merek tersebut jika tidak mematuhi tuntutan mereka.

Laporan menyebutkan bahwa saluran bantuan layanan pelanggan untuk beberapa merek di Tiongkok dibanjiri dengan keluhan baru-baru ini.
-
Piaget: Dilaporkan telah menghapus iklan yang menampilkan Jun Ji Hyun dari platform belanja Tiongkok.
-
Louis Vuitton: Unggahan Weibo mereka yang menampilkan sang aktris dibanjiri komentar negatif.
Dampak boikot juga terasa pada drama itu sendiri. Meskipun tiga episode pertama Tempest awalnya meraih angka penayangan yang tinggi, rating drama mulai menurun drastis sejak episode 4 dan 5 karena seruan boikot yang masif.

Perdebatan Publik: Antara Skrip dan Pengaruh Bintang
Di tengah badai kritik, beberapa warganet berusaha membela Jun Ji Hyun, dengan alasan bahwa ia hanya mengikuti skrip yang telah ditulis. Namun, pihak lain membalas dengan menyatakan bahwa sebagai salah satu bintang K-Drama terkemuka, ia memiliki pengaruh yang cukup untuk mengoreksi misrepresentasi Tiongkok tersebut jika ia benar-benar ingin.
Menariknya, meskipun kemarahan warganet memuncak, beberapa baliho luar ruang yang menampilkan Jun Ji Hyun masih terpampang di kota-kota besar seperti Beijing, Shanghai, Hangzhou, dan Nanjing.

Langkah Selanjutnya: Menjaga Sensitivitas Budaya
Kontroversi ini menyoroti pentingnya sensitivitas budaya dalam produksi konten global, terutama di pasar yang beragam seperti Tiongkok. Ketidakmampuan untuk memahami atau menghormati nuansa budaya dapat berdampak besar pada karier individu dan hubungan antar industri.
Masa depan Jun Ji Hyun di pasar Tiongkok kini berada dalam ketidakpastian. Industri hiburan Korea mungkin perlu meninjau kembali proses tinjauan konten mereka untuk produksi yang menargetkan audiens internasional.
Kesimpulan
Boikot terhadap Jun Ji Hyun atas drama Tempest menjadi pengingat yang kuat akan kekuatan opini publik digital dan pentingnya sensitivitas budaya dalam era globalisasi konten. Peristiwa ini tidak hanya berdampak pada satu aktris, tetapi juga mengirimkan pesan kepada seluruh industri hiburan tentang perlunya kehati-hatian dalam setiap produksi yang melibatkan representasi budaya.