SeoulSource adalah sumber utama untuk update Kpop dan Kdrama dalam bahasa Indonesia. Ikuti berita idol, drama Korea, dan gosip terkini — semua terangkum di SeoulSource.

Hubungi Kami

SeoulSource
Online-based, Indonesia
(Kami tidak memiliki alamat fisik)

[email protected]
@kpopdankdramaid di X (Twitter)
Seoul Source di Facebook
@seoulsource_ di Instagram

K-pop Kehilangan Identitas? Minat Domestik Mulai Merosot

Kpop sedang menghadapi paradoks yang menarik: sementara popularitasnya melonjak di kancah global, mendominasi tangga lagu internasional dan menjual habis tiket tur dunia, ada sinyal mengkhawatirkan dari pasar domestik Korea Selatan. Para ahli menyoroti penurunan minat dan penjualan di tanah kelahirannya, memicu pertanyaan serius: apakah Kpop telah kehilangan identitas uniknya dalam ambisi mengejar kesuksesan global?

Apa yang Terjadi? Penurunan Minat Domestik

Kekhawatiran ini mengindikasikan bahwa strategi ekspansi global Kpop mungkin justru menjadi bumerang dengan mengikis akarnya sendiri. Di Korea Selatan, di tempat genre ini lahir, muncul adanya perubahan minat, rasa lelah, dan ketidakpedulian yang semakin meningkat di kalangan penggemar domestik.

Mengapa Ini Penting? Data Penjualan dan Pergeseran Pasar

Penurunan minat ini bukan sekadar opini, melainkan didukung oleh data konkret. Laporan tengah tahun dari Circle Chart menunjukkan gambaran yang jelas mengenai dampak dari fenomena ini:

  • Konsumsi Digital: Total konsumsi digital dari 400 lagu teratas turun 6,4% secara tahunan pada paruh pertama 2024, dan anjlok hampir 50% dibandingkan puncaknya pada 2019.

  • Penjualan Album Fisik: Penjualan album fisik, yang secara tradisional menjadi indikator loyalitas penggemar, juga mengalami penurunan 9%, mencapai 42,4 juta unit dari 46,7 juta unit tahun sebelumnya. Hanya tujuh album yang berhasil melampaui angka satu juta, dan tidak ada yang melebihi tiga juta penjualan selain SEVENTEEN pada tahun lalu.

Analis data Circle Chart, Kim Jin Woo, menyoroti pergeseran signifikan dalam dominasi grup idola, terutama girl group, di pasar domestik. Ia mencatat, “Pada paruh pertama 2024, NewJeans memimpin pangsa pasar, dengan lima girl group di 10 besar. Tahun ini, hanya aespa, IVE, dan NewJeans yang tersisa.”

Kim Jin Woo mengaitkan penurunan ini dengan penggunaan lirik berbahasa Inggris dan gaya musik yang ditujukan untuk audiens global, yang mungkin terasa kurang relevan bagi pendengar Korea. “Seiring grup beralih ke penggemar internasional, daya tarik domestik mereka melemah,” jelasnya.

Saat ini, peringkat 10 besar tangga lagu Korea Selatan di paruh pertama 2025 didominasi oleh penyanyi solo seperti Woodz “Drowning”, Hwang Garam “I Am a Firefly”, dan Jo Jazz “Don’t You Know”. Hanya aespa, IVE, dan BOYNEXTDOOR yang saat ini mewakili grup Kpop dalam daftar peringkat teratas tangga lagu tersebut.

Tantangan: Kehilangan Identitas dan Kedalaman Emosional

Kritikus musik Lim Hee Yun menambahkan bahwa meskipun lagu-lagu grup Kpop seringkali memiliki energi yang upbeat, catchy, dan ceria, mereka cenderung kurang dalam kedalaman emosional.

“Lagu-lagu ballad atau rock dengan warna pribadi yang kuat menawarkan pengalaman mendengarkan yang lebih berlapis dan beresonansi.”

Para pelaku industri juga mengemukakan kekhawatiran jika tren ini berlanjut, maka keberlanjutan jangka panjang Kpop dapat terancam. Seorang pekerja industri mengutarakan, “Seiring Kpop semakin meniru pop barat untuk menyesuaikan diri dengan selera global, ia berisiko kehilangan identitas uniknya. Kecuali Anda adalah seseorang seperti Jungkook dari BTS, strategi ini sulit untuk benar-benar berhasil.”

Lim Hee Yun juga menyoroti bahwa meskipun Kpop telah menjangkau pasar internasional, genre tersebut masih sering dilihat sebagai tren daripada bagian yang terintegrasi sepenuhnya dalam musik global mainstream.

“Kpop telah berkembang secara global, namun belum menjadi bagian organik dari aliran musik global.”

Langkah Selanjutnya: Menjaga Keseimbangan Demi Keberlanjutan

Situasi ini menempatkan Kpop di persimpangan jalan. Untuk memastikan keberlanjutan dan relevansinya di masa depan, Kpop perlu menemukan keseimbangan yang tepat antara ekspansi global dan menjaga koneksi kuat dengan akarnya di Korea Selatan. Fokus yang terlalu eksklusif pada audiens internasional berisiko mengasingkan basis penggemar domestik yang telah membangun genre ini sejak awal.

Kesimpulan

Kiprah Kpop di panggung dunia memang mengagumkan, namun gemerlap kesuksesan global tampaknya menyembunyikan tantangan signifikan di pasar domestik. Penurunan minat dan penjualan di Korea Selatan, yang didorong oleh strategi terlalu berorientasi global dan kurangnya resonansi emosional, menimbulkan pertanyaan krusial tentang identitas dan masa depan genre ini. Kpop harus berstrategi ulang untuk memastikan bahwa dalam perjalanannya menaklukkan dunia, ia tidak kehilangan jati dirinya dan akar budayanya sendiri.

Tags

Share With Others