Kontroversi Payung Son Heung Min Soroti Isu Gender Korea Selatan
Sebuah perdebatan sengit terkait 'etika payung' bintang sepak bola Korea Selatan, Son Heung-min (33, Los Angeles FC), telah memicu diskusi panas secara daring, bahkan menarik perhatian media internasional terhadap isu kesenjangan gender di negara tersebut.
Latar Belakang Kontroversi 'Etika Payung' Son Heung-min
Kontroversi ini bermula setelah sebuah foto yang diambil pada 3 Juli di Stadion Piala Dunia Seoul kembali mencuat di dunia maya. Foto tersebut memperlihatkan Son sedang diwawancarai di bawah guyuran hujan setelah pertandingan persahabatan antara Tottenham Hotspur dan Newcastle United. Dalam gambar itu, Hayoung, anggota grup Apink yang bertindak sebagai pewawancara, terlihat memegang payung untuk Son.
Beberapa warganet menginterpretasikan adegan tersebut sebagai 'potret bagaimana pria memperlakukan wanita di Korea,' menyiratkan refleksi dinamika gender yang lebih luas. Namun, pihak lain berpendapat bahwa pembacaan semacam itu dilebih-lebihkan dan tidak berdasar.

Kemudian terungkap bahwa Son sedang memegang peralatan mikrofon di kedua tangannya, sehingga sulit baginya untuk memegang payung sendiri. Meskipun demikian, kontroversi tetap berlanjut. Perbandingan bahkan ditarik dengan rekan setimnya di Tottenham, Ben Davies, yang terlihat memegang payung untuk pewawancara dalam wawancara terpisah di acara yang sama.
Perdebatan Meluas: Sorotan Media Internasional dan Isu Gender Korea Selatan
Perdebatan daring ini menarik perhatian The New York Times, yang pada 7 Agustus (waktu setempat) menerbitkan artikel berjudul 'Should This Soccer Star Have Held an Umbrella for a Female Interviewer?'. NYT melaporkan bahwa adegan wawancara Son telah memicu badai kontroversi di media sosial Korea, bahkan mengutip komentar dari forum daring yang menyatakan, 'Kebanyakan pria Barat secara naluriah menunjukkan pertimbangan kepada wanita.'
"Hanya satu foto Son Heung-min memicu perdebatan daring yang sengit. Emosi mentah seputar konflik gender Korea Selatan terungkap, dengan banyak yang memproyeksikan perasaan mereka tentang isu gender ke dalam gambar tersebut."
Laporan NYT tersebut mencatat bahwa sengketa gender tetap menjadi topik yang sangat sensitif di Korea Selatan, terutama di kalangan generasi muda, di mana isu ini sering muncul dalam diskusi seputar pemilihan umum, angka kelahiran, dan kencan.
Akar Ketegangan: Konflik Nilai dan Peran Media Sosial
Menurut The New York Times, keyakinan Konfusianisme yang mengakar kuat bahwa 'wanita harus tunduk kepada pria' tetap menjadi sumber ketegangan. Namun, keyakinan ini telah menghadapi tantangan yang berkembang seiring dengan semakin banyaknya akses perempuan terhadap peluang kerja dan semakin populernya nilai-nilai feminis melalui gerakan seperti #MeToo.
Surat kabar itu juga menyoroti peran komunitas daring dan media sosial dalam memperdalam perpecahan, mempolarisasi pandangan, dan memperkuat kemarahan atas isu-isu terkait gender.
Kesimpulan: Cerminan Ketegangan Sosial dari Sebuah Insiden Kecil
Insiden 'etika payung' yang melibatkan Son Heung-min, meskipun tampak sepele, menjadi cerminan nyata dari ketegangan gender yang mendalam di Korea Selatan. Peristiwa ini menunjukkan bagaimana isu-isu sensitif terkait gender dapat dengan cepat menjadi perdebatan publik yang meluas, diperparah oleh dinamika media sosial dan pandangan yang terpolarisasi. Ini adalah pengingat bahwa di balik sebuah foto sederhana, tersimpan kompleksitas sosial yang membutuhkan pemahaman lebih lanjut.