All About Kpop & KDrama

Hubungi Kami

SeoulSource
Online-based, Indonesia
(Kami tidak memiliki alamat fisik)

[email protected]
@kpopdankdramaid di X (Twitter)
Seoul Source di Facebook
@seoulsource_ di Instagram

Kontroversi Teaser Hearts2Hearts Picu Perdebatan Budaya

Girl group rookie SM Entertainment, Hearts2Hearts, telah menjadi pusat perdebatan panas di kalangan netizen Jepang. Kontroversi ini muncul menyusul perilisan gambar teaser untuk single digital mereka yang akan datang, 'STYLE'.

Awal Mula Kontroversi: Teaser 'STYLE' Hearts2Hearts

Perdebatan ini bermula di media sosial X (sebelumnya Twitter), ketika seorang pengguna mengunggah komentar yang mempertanyakan kebijakan SM Entertainment. Komentar tersebut disertai dengan foto teaser terbaru dari grup.

quote icon

"SM mendiskriminasi orang Jepang, namun masih menggunakan budaya Jepang. Ada apa ini?"

Gambar teaser tersebut menampilkan tata letak stiker foto yang dihiasi coretan lucu. Gaya visual ini oleh banyak pengguna daring dikaitkan erat dengan budaya purikura (bilik stiker foto) Jepang.

Hearts2Hearts 'STYLE' digital single teaser image showing a photo sticker layout

Debat Sengit di Media Sosial: Klaim Diskriminasi dan Pengambilan Budaya

Pernyataan awal tersebut dengan cepat menyebar dan memicu diskusi daring yang memanas. Beberapa netizen Jepang mengkritik Hearts2Hearts karena diduga mengambil estetika Jepang tanpa justifikasi yang jelas.

Salah satu pengguna Twitter Jepang menanggapi, "Orang-orang mengatakan, ‘Tapi WISH tidak menerima kebencian,’ padahal 4 dari 6 anggota mereka adalah orang Jepang, dan konten resmi mereka bahkan dilengkapi subtitle Jepang. Hearts2Hearts tidak memiliki satu pun anggota Jepang, dan tidak ada alasan bagi mereka untuk menyertakan elemen Jepang sejak awal. Jadi mengapa mereka melakukan ini?"

quote icon

"Mereka berusaha membuat budaya Jepang terlihat seolah-olah berasal dari Korea."

Another Hearts2Hearts 'STYLE' digital single teaser image with doodles

Reaksi Beragam: Pembelaan dan Bantahan

Di tengah gelombang kritik, beberapa pengguna Jepang lainnya justru membela grup Hearts2Hearts. Mereka berpendapat bahwa penggunaan elemen visual seperti itu adalah bentuk apresiasi atau tren global yang tidak spesifik pada satu budaya saja.

Netizen Korea juga menganggap klaim-klaim tersebut absurd. Mereka berkumpul di komunitas daring untuk berbagi pemikiran, menyatakan bahwa penggunaan elemen visual seperti purikura adalah bagian dari tren pop umum yang melampaui batas negara.

Implikasi dan Pembelajaran: Sensitivitas Budaya dalam K-Pop

Insiden ini kembali menyoroti perdebatan panjang mengenai batas antara apresiasi budaya dan pengambilan budaya (cultural appropriation) dalam industri K-Pop yang semakin mendunia. Peristiwa ini menjadi pengingat penting bagi agensi dan artis akan sensitivitas yang diperlukan saat mengintegrasikan elemen budaya dari berbagai negara dalam konten mereka.

Penting bagi industri hiburan untuk terus belajar dan beradaptasi, memastikan bahwa kreativitas tidak secara tidak sengaja melukai atau mengabaikan asal-usul budaya yang kaya di dunia.

Tags

Share With Others