Respons 'A' Setelah Digugat Song Ha Yoon atas Tuduhan Perundungan
Aktris Song Ha Yoon kini menjadi sorotan setelah melalui perwakilan hukumnya, Firma Hukum JI EUM, mengajukan pengaduan pidana terhadap sosok berinisial “A”. Sosok “A” ini diduga merupakan korban perundungan yang dilakukan sang aktris selama masa sekolah menengah atas. Gugatan ini muncul di tengah tuduhan perundungan yang sempat viral.
Menanggapi langkah hukum tersebut, sosok “A” tidak tinggal diam dan segera buka suara melalui sebuah pernyataan panjang di platform komunitas daring pada tanggal 2 Juli. Pernyataan ini memberikan klarifikasi menyeluruh dan membantah klaim yang diajukan oleh pihak Song Ha Yoon.
Apa yang Terjadi: Klaim dan Balasan Hukum
Firma Hukum JI EUM, selaku perwakilan Song Ha Yoon, menyatakan bahwa klien mereka telah mengumpulkan bukti yang membantah tuduhan perundungan di sekolah dan telah menyerahkan beberapa dokumen pendukung kepada pihak berwenang. Gugatan pidana terhadap “A” diajukan atas dasar penyebaran informasi yang tidak benar.
Di sisi lain, “A” menegaskan kembali klaim sebelumnya, termasuk fakta penting mengenai pemindahan Song Ha Yoon dari Sekolah Menengah Atas Banpo ke Sekolah Menengah Atas Gujeong. Menurut “A”, pemindahan tersebut bukanlah atas kemauan sendiri, melainkan hasil dari tindakan disipliner, mengingat kedua sekolah berada dalam wilayah distrik yang sama sehingga pemindahan biasa tidak dimungkinkan kecuali ada alasan khusus seperti kekerasan di sekolah.
Detail Utama: Bantahan dan Klarifikasi Sosok "A"
Dalam pernyataannya, “A” memberikan penjelasan rinci mengenai berbagai aspek yang telah disorot publik dan pihak Song Ha Yoon:
"Halo. Sudah setahun sejak terakhir kali saya berbicara di depan umum. Saat ini saya adalah warga negara AS yang tinggal secara sah di Amerika Serikat sebagai warga negara Korea di luar negeri. Terkait kasus ini, saya telah menyerahkan pernyataan tertulis kepada polisi Korea seperti yang diminta, beserta salinan paspor saya untuk membuktikan kewarganegaraan AS saya. Mengenai tidak secara resmi melepaskan kewarganegaraan Korea saya, alasannya adalah karena memperoleh kewarganegaraan negara lain tidak serta merta membatalkan kewarganegaraan Korea seseorang. Proses pelepasan kewarganegaraan antara Korea Selatan dan Amerika Serikat tidak otomatis. Seseorang harus secara fisik mengunjungi konsulat Korea, menghabiskan setidaknya satu hari penuh di sana, dan mengajukan laporan terpisah. Saya tidak merasa perlu mengambil cuti kerja sehari dan mendedikasikan waktu sebanyak itu hanya untuk melepaskan kewarganegaraan Korea saya. Tidak ada kerugian praktis untuk mempertahankannya, dan itu tidak wajib atau ditegakkan. Oleh karena itu, saya masih terdaftar sebagai warga negara Korea semata-mata karena kemudahan administratif. Ini tidak ada kaitannya dengan kasus saat ini. Kunjungan terakhir saya ke Korea adalah pada tahun 2017. Sejak saat itu, saya secara hukum tetap tinggal di Amerika Serikat secara terus-menerus. Meskipun menjadi korban dalam kasus ini, saya diminta oleh polisi Korea untuk hadir secara langsung. Namun, karena saat ini saya tinggal di luar negeri dalam jangka panjang, hadir di Korea mengharuskan saya untuk menanggung sendiri biaya yang signifikan, termasuk tiket pesawat, akomodasi, dan biaya terkait perjalanan lainnya. Mengharapkan korban untuk menanggung biaya tersebut hanya untuk diinterogasi adalah berlebihan dan tidak masuk akal. Saya telah menyerahkan kesaksian tertulis yang cukup dan bukti pendukung dan telah sepenuhnya bekerja sama dengan penyidik. Saya tetap dapat dihubungi dan bersedia membantu. Tidak ada dasar hukum untuk memaksa saya hadir secara langsung, terutama jika itu akan membutuhkan banyak waktu dan uang. Menegakkan permintaan tersebut akan bertentangan dengan perlindungan konstitusional atas hak untuk membela diri dan prinsip proporsionalitas berdasarkan hukum pidana. Beberapa media telah melaporkan bahwa saya dimasukkan ke dalam daftar pencarian polisi karena pemberitahuan resmi tentang penunjukan tersebut, tetapi ini tidak benar. Polisi hanya menghentikan penyelidikan mereka atas kasus ini. Mereka belum mengeluarkan surat perintah atau mengambil tindakan pembatasan seperti memblokir perjalanan internasional. Saya belum menerima pemberitahuan resmi apa pun tentang masuk dalam daftar orang yang dicari. Oleh karena itu, klaim bahwa saya ada dalam daftar tersebut dibesar-besarkan atau tidak akurat. Mengenai pemindahan sekolah Song Ha Yoon di masa lalu, saya ingin mengklarifikasi bahwa SMA Banpo dan SMA Gujeong berada di distrik sekolah yang sama, sehingga pemindahan reguler di antara keduanya tidak mungkin dilakukan. Jika bukan karena tindakan disipliner seperti kekerasan di sekolah, pemindahan tersebut tidak mungkin terjadi. Hal ini sangat mendukung klaim bahwa pemindahannya bukan atas kemauan sendiri, melainkan pemindahan paksa karena perundungan di sekolah. Meskipun pihak Song Ha Yoon mengklaim telah mengajukan pengaduan terhadap saya karena menyebarkan informasi palsu, saya tidak pernah mengarang atau memutarbalikkan fakta apa pun. Peristiwa yang saya ceritakan didasarkan pada insiden nyata di mana Song Ha Yoon menyerang saya secara fisik. Insiden ini dilaporkan secara publik di program 'Crime Chief' JTBC pada empat kesempatan, 1, 2, 4, dan 8 April 2025. Laporan ini tidak hanya didasarkan pada pernyataan saya. Tim penyiaran melakukan pengecekan fakta sendiri dengan berbagai pihak sebelum menayangkannya mereka. Apa yang saya ungkapkan adalah fakta dan jujur, tanpa melebih-lebihkan atau memutarbalikkan fakta. Saya tegaskan lagi bahwa pernyataan saya dilindungi oleh kebebasan berekspresi dan hak untuk membela diri, yang dijamin oleh Konstitusi. Pasal 307, Ayat 2 Undang-Undang Pidana tentang pencemaran nama baik dengan menyebarkan fakta palsu maupun Pasal 70, Ayat 2 Undang-Undang Jaringan Informasi dan Komunikasi tentang penyebaran informasi palsu tidak berlaku untuk kasus saya. Pernyataan saya didasarkan pada fakta dan oleh karena itu tidak dianggap melanggar hukum secara hukum. Saya yakin bahwa Song Ha Yoon menggunakan kasus ini untuk menutupi kesalahannya sendiri di masa lalu dan untuk mengalihkan kesalahan kepada saya. Ini berpotensi menjadi tuduhan palsu. Saya bermaksud untuk meninjau ini secara hukum dalam waktu dekat. Saat ini saya sedang menghubungi firma hukum Korea dan bersiap untuk mengambil tindakan hukum yang tegas, termasuk tindakan perdata dan pidana, untuk melindungi hak-hak saya jika perlu. Sekali lagi, saya tegaskan bahwa komentar saya adalah ekspresi yang sah yang dibuat untuk kebaikan publik dan dalam lingkup hak hukum saya untuk mengatakan kebenaran dan membela diri. Saya sangat mendesak Song Ha Yoon dan perwakilannya untuk segera berhenti membuat ancaman hukum yang berlebihan dan memanipulasi opini publik. Jika perlu, saya akan mempertimbangkan tindakan hukum dengan saksama sebagai tanggapan atas potensi tuduhan palsu. Saya akan memposting lagi ketika ada perkembangan baru. Terima kasih telah membaca pernyataan yang panjang ini."
Dampak: Pertarungan Hukum dan Citra Publik
Gugatan hukum yang diajukan oleh Song Ha Yoon dan respons terbuka dari “A” menciptakan dinamika yang kompleks dalam kasus ini. Ini bukan hanya pertarungan hukum, tetapi juga pertarungan narasi di mata publik. Validitas tuduhan perundungan di masa lalu akan sangat bergantung pada bukti yang disajikan kedua belah pihak.
Bagi Song Ha Yoon, kasus ini berpotensi mempengaruhi citra dan kariernya di industri hiburan. Sementara bagi “A”, ini adalah kesempatan untuk menegaskan kembali kebenaran versinya dan membela diri dari tuduhan penyebaran informasi palsu. Kasus ini juga menyoroti tantangan hukum yang dihadapi individu yang berada di luar negeri dalam menghadapi proses hukum di Korea Selatan.
Langkah Selanjutnya: Antisipasi Tindakan Hukum Balik
Sosok “A” secara eksplisit menyatakan niatnya untuk mengambil tindakan hukum yang tegas. “A” saat ini sedang berkoordinasi dengan firma hukum di Korea untuk mempersiapkan langkah perdata dan pidana sebagai respons terhadap apa yang mereka anggap sebagai tuduhan palsu dan upaya mengalihkan kesalahan.
“A” mendesak pihak Song Ha Yoon untuk menghentikan ancaman hukum dan manipulasi opini publik, mengindikasikan bahwa sengketa ini kemungkinan besar akan berlanjut di ranah hukum dengan potensi gugatan balik.
Kesimpulan: Titik Terang yang Dinanti
Kasus antara aktris Song Ha Yoon dan sosok “A” merupakan sengketa yang rumit, melibatkan tuduhan perundungan di masa lalu dan klaim penyebaran informasi palsu. Dengan kedua belah pihak kini mengambil jalur hukum dan mempersiapkan argumen masing-masing, publik menantikan titik terang dari perseteruan ini. Perkembangan selanjutnya akan sangat bergantung pada bukti dan argumen yang disajikan di pengadilan.