SeoulSource adalah sumber utama untuk update Kpop dan Kdrama dalam bahasa Indonesia. Ikuti berita idol, drama Korea, dan gosip terkini — semua terangkum di SeoulSource.

Hubungi Kami

SeoulSource
Online-based, Indonesia
(Kami tidak memiliki alamat fisik)

[email protected]
@kpopdankdramaid di X (Twitter)
Seoul Source di Facebook
@seoulsource_ di Instagram

Soyou SISTAR Kritik K-Drama 'When Life Gives You Tangerines'

Serial drama Korea Netflix, When Life Gives You Tangerines, yang dirilis pada tahun 2025, telah dengan cepat menempatkan dirinya sebagai salah satu K-Drama papan atas. Meskipun alur ceritanya bergerak lambat dan kompleks, serial ini berhasil menarik perhatian penonton global dengan angka penayangan yang sangat tinggi dan pujian yang luas dari para kritikus maupun audiens.

Dirilis pada bulan Maret, popularitasnya terus berlanjut, menunjukkan potensi besar untuk menjadi klasik kultus di masa mendatang. Salah satu aspek sentral dari K-Drama ini adalah latarnya: Pulau Jeju. Kisahnya berputar di sekitar budaya, adat istiadat, perjuangan, dan kegembiraan hidup hidup di Jeju, menjadi panggung bagi karakter-karakter utamanya untuk mengalami patah hati dan pertumbuhan pribadi.

Poster drama When Life Gives You Tangerines

Kritik Tak Terduga dari Seorang Idol Asli Jeju

Meskipun serial ini dipuji karena penggambaran Pulau Jeju dan penduduknya yang mendalam, seorang idol wanita asli Jeju baru-baru ini melontarkan kritik terhadap acara tersebut karena dianggap gagal dalam satu aspek yang tak terbantahkan.

Idol yang dimaksud adalah Soyou, anggota dari grup idola generasi kedua yang ikonik, SISTAR.

Soyou mantan anggota SISTAR

Detail Kritik: Absennya Dialek Jeju yang Kental

Soyou baru-baru ini hadir sebagai tamu di saluran YouTube penyanyi Sung Si Kyung. Saat berbicara tentang kampung halamannya, ia ditanya pendapatnya tentang When Life Gives You Tangerines. Idol yang lahir di Jeju dan pindah ke Seoul pada usia 8 tahun ini, menjawab dengan jujur bahwa ia "sedikit kecewa" dengan acara tersebut.

Jawabannya sangat tidak terduga hingga Sung Si Kyung bercanda, "Mari kita sunting itu." Namun, suasana canggung sempat menyelimuti karena jelas bahwa Soyou tulus dengan kritiknya.

Soyou saat tampil di acara YouTube Sung Si Kyung

Soyou, bagaimanapun, segera mengklarifikasi bahwa ia tidak kecewa dengan kualitas When Life Gives You Tangerines sebagai sebuah K-Drama secara keseluruhan. Keluhan utamanya hanya pada minimnya penggunaan dialek Jeju di dalamnya.

Ia mencontohkan Our Blues, K-Drama sentimental lain yang juga berlatar di Jeju, yang telah memasukkan sejumlah besar dialek Jeju. Ketika drama itu tayang, ia menyadari bahwa orang-orang tidak terlalu memahami dialek tersebut. Oleh karena itu, ia senang bisa membantu menerjemahkan dialog-dialog itu untuk orang-orang di sekitarnya. Namun, dengan When Life Gives You Tangerines, ia tidak mendapatkan kesempatan serupa untuk berkontribusi.

"Bukan berarti saya kecewa dengan kualitas When Life Gives You Tangerines sebagai sebuah proyek. Saya menikmatinya. Tetapi tidak banyak dialek Jeju seperti yang saya harapkan, jadi sebagai seseorang dari Jeju, saya tidak merasa ada banyak hal yang bisa saya sumbangkan secara unik."

Dampak dan Respon Positif Publik

Meskipun kritik terhadap karya seni yang begitu dicintai bisa saja menimbulkan masalah, sikap jujur dan anggun Soyou disambut dengan penerimaan positif. Beberapa netizen bahkan setuju bahwa acara tersebut bisa mendapatkan manfaat lebih jika memasukkan dialek Jeju lebih banyak ke dalam penceritaannya.

Kritik ini menyoroti pentingnya keaslian budaya dalam penggambaran sebuah wilayah. Penggunaan dialek tidak hanya menambah kedalaman karakter dan latar, tetapi juga memungkinkan penonton untuk lebih merasakan identitas lokal yang otentik. Ini menjadi pengingat bagi para pembuat film dan drama tentang pentingnya detail linguistik dalam menciptakan pengalaman yang mendalam dan relevan secara budaya.

Pemandangan indah Pulau Jeju Suasana diskusi atau podcast

Kesimpulan: Harmoni Antara Cerita dan Keautentikan Lokal

Kisah When Life Gives You Tangerines telah memikat banyak hati dengan narasinya yang kuat dan latar Jeju yang memukau. Namun, kritik Soyou secara halus mengingatkan bahwa bahkan dalam karya seni yang paling dicintai pun, ada ruang untuk peningkatan dalam hal keautentikan budaya. Harmoni antara kualitas cerita dan detail lokal yang mendalam adalah kunci untuk menciptakan karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menghormati dan merayakan warisan budaya yang menjadi inspirasinya.

Tags

Share With Others