Suami Korea Dikecam Usai Body-shaming Istri di TV Nasional
Sebuah kontroversi mencuat di Korea Selatan setelah seorang pria menuai kecaman hebat dari warganet karena melontarkan komentar merendahkan terkait berat badan istrinya di masa lalu. Insiden ini terjadi dalam sebuah acara realitas populer, memicu diskusi luas mengenai bodyshaming dan sensitivitas dalam hubungan.
Kisah Pasangan "Diet" di Layar Kaca
Episode 19 Juni dari acara realitas JTBC, Divorce Camp, kembali menghadirkan pasangan yang sebelumnya telah menarik perhatian publik sebagai "pasangan diet". Suami dalam tayangan tersebut menjadi sorotan negatif akibat serangkaian komentar tidak pantas mengenai berat badan istrinya.

Kondisi sang istri, yang dulunya memiliki berat badan hampir 100 kg, kini telah mengalami transformasi fisik yang luar biasa. Ia berhasil menurunkan berat badannya hingga hampir 45 kg dan saat ini menjaga bobotnya sekitar 52 kg. Perjalanan transformasinya patut diacungi jempol, namun komentar suaminya justru menodai pencapaian tersebut.

Rentetan Komentar Kontroversial yang Memicu Amarah
Bukan kali pertama sang suami melontarkan pernyataan yang menyakitkan. Sebelumnya, ia pernah berucap, “Lihatlah lipatan lemak di bawah dadumu,” dan “Tidur dengan wanita berbobot lebih dari 90kg itu sangat memalukan.” Ia bahkan menambahkan, “Saya mengunci pintu di malam malam karena takut istri saya mungkin menerkam saya.”
Dalam episode terbaru, komentarnya semakin memantik amarah publik:
"Tidak ingin tidur dengan wanita gemuk sama saja dengan tidak ingin tidur dengan pria pendek. Saya juga punya pendapat— apa masalahnya?"
Ia juga sempat menyatakan bahwa perasaannya terhadap istrinya "tidak dimulai sebagai cinta", meskipun kemudian mengklaim bahwa ia telah tumbuh untuk benar-benar mencintainya.
Gelombang Kecaman dari Warganet dan Isu Ketulusan
Rentetan komentar kontroversial ini segera menuai kecaman hebat dari warganet. Banyak yang menyerbu sang suami karena tindakan bodyshaming yang tidak sensitif. Isu ini menjadi perdebatan hangat di media sosial, menyoroti standar ganda dan kurangnya empati.
-
Kritik Keras: Warganet mengutuk perilaku sang suami sebagai bentuk penindasan verbal dan emosional.
-
Isu Ketulusan: Banyak pihak meragukan ketulusan pernyataan cinta sang suami, menafsirkannya sebagai upaya untuk meredakan situasi setelah melontarkan komentar ofensif.
Publik menganggap bahwa terlepas dari latar belakang hubungan mereka, menghina fisik pasangan adalah tindakan yang tidak dapat diterima dan menunjukkan kurangnya rasa hormat.
Kesimpulan: Pesan Penting di Balik Kontroversi
Kasus ini menyoroti kembali pentingnya sensitivitas, empati, dan rasa hormat dalam setiap hubungan, terutama di mata publik. Komentar merendahkan tentang fisik seseorang, terlepas dari konteksnya, dapat meninggalkan luka yang dalam dan memicu kemarahan luas.
Insiden ini berfungsi sebagai pengingat kuat bahwa kata-kata memiliki kekuatan, dan penting untuk selalu mempertimbangkan dampaknya terhadap orang lain. Menghargai dan mendukung pasangan dalam perjalanan pribadi mereka adalah esensi dari sebuah hubungan yang sehat.