SUGA BTS, salah satu anggota grup idola K-pop ternama, kini tengah menjadi sorotan publik berkat upaya tulus dan dampaknya yang mendalam.

Apa yang Terjadi?

SUGA dilaporkan telah menyumbangkan dana sebesar 5 miliar KRW (sekitar 3,6 juta USD) untuk pembangunan pusat terapi bagi anak-anak dengan gangguan spektrum autisme. Profesor Chun Geun Ah, seorang psikiater anak di Severance Hospital, memberikan apresiasi tinggi atas kontribusi SUGA.

Menurut Profesor Chun, SUGA secara pribadi menjangkau beliau pada November tahun lalu, menyatakan keinginannya untuk menyumbangkan talenta musiknya. Ia tidak hanya memberikan dukungan finansial, tetapi juga aktif terlibat dalam pengembangan program terapi yang dirancang untuk membantu anak-anak dan remaja autistik dalam mengelola emosi dan meningkatkan keterampilan sosial mereka.

Bahkan di tengah kesibukannya menjalani wajib militer sebagai pekerja layanan sosial, SUGA menyempatkan waktu di akhir pekan untuk berpartisipasi langsung dalam kelas musik. Anak-anak yang mengikuti kelas tersebut tidak menyadari bahwa ia adalah SUGA dari BTS; bagi mereka, SUGA adalah 'guru musik' yang hadir secara alami.

Dalam sebuah video yang diunggah di kanal YouTube Severance Hospital pada 25 Juni, Profesor Chun berbagi bahwa pusat terapi ini merupakan impian lama yang akhirnya terwujud berkat SUGA.

Dampak dan Makna Kontribusi SUGA

Kontribusi SUGA melampaui sekadar donasi finansial. Ia telah menunjukkan komitmen yang kuat dengan terlibat langsung dalam penciptaan 'Min Yoon Gi Treatment Center'. Salah satu fitur utamanya adalah program "MIND" (Music, Interaction, Network, Diversity), sebuah program pelatihan sosial yang memanfaatkan musik, yang merupakan ide orisinal dari SUGA.

Program ini bertujuan membantu anak-anak spektrum autisme dalam mengekspresikan emosi dan berinteraksi dengan orang lain melalui media musik. Profesor Chun menekankan bahwa SUGA tidak melihat ini sebagai tindakan amal sekali jadi, melainkan sebuah komitmen berkelanjutan.

Professor Chun menceritakan bahwa SUGA datang lebih awal untuk berlatih gitar dan bertemu dengan para terapis sebelum kelas dimulai. Ia tidak pernah terlambat. Sikap rendah hati SUGA dalam berusaha terhubung dengan anak-anak di level mereka membuat para terapis merasa terharu dan menyaksikan kebahagiaan tulus SUGA dalam prosesnya.

Motivasi SUGA untuk terlibat berakar dari kepeduliannya yang mendalam. Ia pernah bertanya kepada Profesor Chun mengenai alasan tingginya angka bunuh diri di kalangan remaja di Korea dan menyatakan ketidakmampuannya untuk mengabaikan fakta tersebut, menunjukkan ketulusan hatinya.

Langkah Selanjutnya dan Harapan

Pembangunan 'Min Yoon Gi Treatment Center' diharapkan selesai pada bulan September. Rencana ke depan mencakup penelitian klinis, publikasi ilmiah, dan penyelenggaraan *camp* yang bertujuan untuk memperluas peluang karir di bidang seni bagi anak-anak berkebutuhan khusus.

Profesor Chun menekankan bahwa SUGA memiliki komitmen kuat untuk terus memberikan dukungan, menunjukkan bahwa tindakannya ini bukan sekadar gestur sementara.

Kesimpulan

'Min Yoon Gi Treatment Center' bukan sekadar sebuah fasilitas fisik, melainkan sebuah ruang harapan bagi anak-anak berkebutuhan khusus dan keluarga mereka. Di balik semua itu, ketulusan SUGA menjadi fondasi utama yang menggerakkan terwujudnya pusat penting ini, membuktikan bahwa pengaruh positif dapat diciptakan melalui kepedulian yang mendalam dan tindakan nyata.