Tencent Dituduh Jiplak Format Acara Netflix 'Culinary Class Wars'
Sebuah kontroversi besar tengah bergulir di dunia hiburan, di mana platform OTT raksasa Tiongkok, Tencent Video, merilis acara realitas memasak baru yang diduga meniru secara mencolok serial populer Korea dari Netflix, 'Culinary Class Wars'. Acara berjudul '封神 (Yi Feng Shen)' ini tayang perdana pada 17 Juli dan langsung menjadi sorotan karena kemiripannya yang mencolok dengan produksi asli Netflix, tanpa adanya kesepakatan lisensi resmi.
Latar Belakang: Kontroversi Plagiarisme Acara Masak Internasional
Dunia hiburan kembali dihebohkan dengan dugaan peniruan format acara. Kali ini, sorotan tertuju pada Tencent Video, salah satu platform Over-The-Top (OTT) terbesar di Tiongkok, yang merilis sebuah program masak realitas berjudul '封神 (Yi Feng Shen)' pada 17 Juli lalu. Acara ini dengan cepat menuai kritik karena kemiripannya yang sangat kentara dengan serial hit Netflix dari Korea Selatan, 'Culinary Class Wars', meskipun tidak ada perjanjian lisensi yang sah.
'Culinary Class Wars', yang pertama kali dirilis pada Desember 2024, adalah acara survival masak berskala besar yang menampilkan koki-koki berbakat namun belum dikenal untuk menantang koki selebriti papan atas Korea, "White Spoon". Program ini dengan cepat menjadi fenomena budaya berkat konsep uniknya yaitu "100 koki menggulingkan kelas hanya dengan rasa."
Detail Kesuksesan "Culinary Class Wars" Netflix
Popularitas 'Culinary Class Wars' tidak bisa diremehkan. Acara ini menampilkan juri-juri terkemuka seperti Baek Jong Won, Ahn Sung Jae, Choi Hyun Seok, Edward Kwon, Jung Ji Sun, dan Choi Kang Rok, yang semakin menambah daya tariknya. Keberhasilannya terbukti dengan menduduki puncak peringkat TV non-Inggris global Netflix selama tiga minggu berturut-turut, menjadikannya salah satu acara varietas paling sukses tahun itu. Kini, musim kedua dari acara yang sangat dinanti ini sedang dalam tahap produksi.
Kemiripan yang Mencolok: "Yi Feng Shen" Dibandingkan "Culinary Class Wars"
Kontroversi utama berpusat pada 'Yi Feng Shen', yang secara harfiah berarti "Menjadi Dewa dengan Satu Makanan". Acara Tiongkok ini mengklaim untuk merayakan kekayaan masakan Tiongkok dan menampilkan 100 koki yang bersaing dengan api, pisau, dan wajan. Namun, para penonton dan kritikus telah mencatat bahwa struktur kompetisi, desain set, tantangan memasak, sistem penjurian, panel evaluasi publik, dan penampilan selebriti di 'Yi Feng Shen' memiliki kemiripan yang mencolok dengan 'Culinary Class Wars'.
Secara khusus, elemen-elemen yang sangat mirip meliputi:
-
Pertandingan Satu Lawan Satu: Pertarungan individual antara koki "hitam" dan "putih", meniru konsep duel dalam acara Netflix.
-
Pertempuran Tim di Restoran Pop-up: Format pertarungan tim yang diadakan di restoran pop-up sementara.
-
Penilaian Makanan oleh Warga Biasa: Proses penilaian hidangan yang dilakukan oleh panel warga biasa, sama seperti sistem evaluasi publik di 'Culinary Class Wars'.
Kemiripan yang begitu dekat ini bahkan memicu skeptisisme di kalangan penonton Tiongkok sendiri. Pengguna media sosial di Weibo memberikan komentar pedas:
"Set dan formatnya sama persis."
"Apakah mereka mencuri seluruh acara begitu saja?"

Tanggapan Resmi Netflix dan Langkah Selanjutnya
Menanggapi kontroversi yang memanas ini, Netflix memberikan pernyataan resmi melalui OSEN. Mereka dengan tegas menyatakan, “Kami belum menjual hak format 'Culinary Class Wars' untuk program ini.” Perusahaan juga menambahkan bahwa diskusi internal sedang berlangsung mengenai langkah-langkah selanjutnya yang mungkin akan diambil, mengindikasikan bahwa tindakan hukum bisa saja menyusul.
Masa Depan "Culinary Class Wars"
Terlepas dari isu plagiarisme yang mencuat, produksi 'Culinary Class Wars' terus berjalan. Musim kedua dari serial original Netflix ini dijadwalkan akan dirilis akhir tahun ini, menunjukkan komitmen Netflix terhadap produksi konten orisinal dan berkualitas, terlepas dari tantangan pelanggaran hak cipta.
Kesimpulan: Integritas Kreatif di Panggung Global
Kasus 'Yi Feng Shen' dan 'Culinary Class Wars' ini menjadi pengingat penting akan tantangan integritas kreatif dan perlindungan kekayaan intelektual dalam industri hiburan global. Di era di mana konten dapat dengan mudah diakses dan direplikasi, penegakan hak cipta menjadi krusial untuk mendorong inovasi dan menghargai kerja keras para kreator. Perkembangan kasus ini akan sangat dinantikan, terutama terkait langkah yang akan diambil oleh Netflix untuk melindungi aset kreatifnya.