Tzuyang Bersaksi Lawan Cyber Wreckers di Parlemen
YouTuber mukbang populer, Tzuyang (nama asli Park Jung Won), dijadwalkan hadir di hadapan Majelis Nasional Korea Selatan sebagai saksi. Kehadirannya menyerukan tindakan yang lebih kuat terhadap "perusak dunia maya"—istilah yang digunakan untuk menggambarkan saluran online yang mengeksploitasi dan menyebarkan konten palsu atau sensasional demi keuntungan.
Keputusan Tzuyang ini datang setelah ia sendiri menjadi korban pemerasan tingkat tinggi, menyoroti urgensi perlindungan yang lebih baik di ranah digital.
Latar Belakang: Panggilan untuk Akuntabilitas Platform
Pada tanggal 22 September KST, Komite Sains, TIK, Penyiaran, dan Komunikasi (SICT) mengumumkan bahwa mosi untuk memanggil Tzuyang dan perwakilan hukumnya, pengacara Kim Tae Yeon, sebagai saksi akan divoting dalam rapat umum komite pada tanggal 24 September. Jika mosi disetujui, Tzuyang secara resmi akan memberikan kesaksian pada sesi audit tanggal 14 Oktober.

Detail Kasus Ekstorsi yang Dialami Tzuyang
Pada tahun 2023, Tzuyang menjadi korban kasus pemerasan profil tinggi. Para YouTuber seperti Gu Jae Yeok (Lee Jun Hee) dan Jujak Gambyulsa (Jeon Guk Jin), bersama beberapa pihak lainnya, mengancam akan membongkar tuduhan palsu mengenai kehidupan pribadinya dan penghindaran pajak. Di bawah tekanan, Tzuyang terpaksa menyerahkan 55 juta won (sekitar $40.000 USD) kepada para pemeras.
Para pelaku kemudian berhasil ditangkap dan dihukum:
-
Gu Jaeyeok: Menerima hukuman 3 tahun penjara, yang dikuatkan pada banding.
-
Jujak Gambyulsa: Dihukum 1 tahun penjara, ditangguhkan selama 3 tahun.
-
Rekan konspirator (Karakyulla dan Crocodile): Masing-masing diberi hukuman percobaan dan denda.
Dampak dan Pentingnya Kesaksian Ini: Menyoroti Isu Sistemik
Keputusan Tzuyang untuk bersaksi secara luas dianggap sebagai langkah berani untuk mengadvokasi perlindungan yang lebih kuat terhadap penyalahgunaan digital dan pemerasan konten di lanskap media Korea Selatan yang terus berkembang. Ini bukan hanya tentang kasusnya sendiri, tetapi juga tentang memberikan suara bagi korban lain yang mungkin takut untuk berbicara.
"Ini bukan posisi yang mudah untuk diambil, terutama mengingat penderitaan pribadi Tzuyang. Tapi kami memutuskan untuk berbicara untuk mencegah korban lebih lanjut dan menarik perhatian pada masalah sistemik yang memungkinkan penyalahgunaan semacam itu."
Pengacara Kim Tae Yeon menegaskan bahwa meskipun ini adalah situasi yang sulit bagi kliennya, tujuan utamanya adalah untuk mencegah insiden serupa terulang kembali dan menyoroti masalah struktural yang memungkinkan serangan semacam itu terjadi.
Langkah Selanjutnya: Tujuan Audit Nasional dan Harapan ke Depan
Anggota DPR Kim Jang Kyum dari partai People Power yang berkuasa, yang meminta kehadiran Tzuyang, menekankan pentingnya kesaksian ini. Tujuan utama adalah untuk menyoroti keseriusan aktivitas 'perusak' siber dan mempertanyakan langkah-langkah yang telah diambil oleh platform seperti YouTube untuk melindungi korban.
"Kami bertujuan untuk menyoroti keseriusan aktivitas 'perusak' siber dan mempertanyakan langkah-langkah apa, jika ada, yang telah diambil platform seperti YouTube untuk melindungi korban. Kami juga akan menilai apakah platform-platform ini telah menutup mata demi keuntungan dan jumlah penonton."
Sesi audit pada 14 Oktober ini diharapkan dapat mendorong diskusi lebih lanjut tentang tanggung jawab platform digital dan perlunya kerangka hukum yang lebih kuat untuk melindungi pengguna dari pemerasan dan penyebaran konten palsu.
Kesimpulan: Membangun Lingkungan Digital yang Lebih Aman
Kesaksian Tzuyang di hadapan Majelis Nasional menandai momen penting dalam perjuangan melawan kejahatan siber. Ini adalah seruan untuk akuntabilitas, transparansi, dan komitmen yang lebih besar dari semua pihak—mulai dari platform hingga pembuat kebijakan—untuk menciptakan lingkungan online yang lebih aman dan adil bagi semua orang.